Jumat, 20 Februari 2015

Selamat Ulang Tahun

Ribuan detik kuhabisi
Jalanan lengang kutentang
Oh, gelapnya tiada yang buka
Adakah dunia mengerti

Miliaran panah jarak kita
Tak jua tumbuh sayapnya
Satu - satunya cara yang ada
Gelombang tuk ku bicara

Tahanlah wahai waktu
Ada "Selamat Ulang Tahun"
Yang harus tiba tepat pada waktunya
Untuk dia yang terjaga
Menantiku

Tengah malamnya lewat sudah
Tiada kejutan tersisa
Aku terlunta, tanpa sarana
Saluran tuk ku bicara

Jangan berjalan, waktu
Ada "Selamat Ulang Tahun"
Yang harus tiba tepat waktunya
Semoga dia masih ada
Menantiku

Mundurlah, wahai waktu
Ada "Selamat Ulang Tahun"
Yang tertahan tuk kuucapkan
Yang harusnya tiba tepat waktunya
Dan rasa cinta yang slalu membara
Untuk dia yang terjaga
Menantiku

Rabu, 19 November 2014

Maaf dan terimakasih

"Im sorry i did not meant the hurt my little girl ...... "

Handphone ku berdering, ada sesuatu yang membuatnya bergetar. Terlihat sebuah nama yang muncul di layar handphone empat inci ini. Ada tiga deret huruf yang membuatku mengernyitkan mata. Apa yang terjadi, tumben sekali dia meneleponku. Ada apa gerangan ? Aku tak berani untuk segera memencet tombol hijau ini. Aku masih berfikir dan terus berfikir. Sebelum telepon keburu di akhiri, aku memberanikan diri untuk mengangkatnya.

Kusapa dia, namun diam tak ada suara apapun. Ku sapa lagi dan lagi. Akhirnya ada sesorang yang berbicara di seberang.
Entah apa maksudnya, kemudian dia diam lagi. Menungguku untuk berbicara, mungkin. Aku memulai pembicaraan, dia masih belum menanggapi. Aku teringat pernah mengirinya sebuah pesan singkat yang merupakan tumpahan isi hatiku selama ini. Dia membacanya namun tak pernah ada balasan darinya.

Aku kembali mengatakan apa yang pernah aku tulis untuknya, pengakuan atas semua perasaan yang tersimpan di dalam jiwa. Perlahan ku berbicara, menata kata, menguatkan hati, dan menahan isak tangis yang mulai muncul perlahan.

"Aku tak pernah mau memiliki rasa ini sebenar'a. Rasa yg entah kapan akan berakhir. Aku tak mau entah berapa lama perasaan ini akan terus seperti ini, aku selalu sakit ketika mengingatmu. Aku ingin mengatakan'a sejak dulu. Tapi aku tak pernah memiliki keberanian untuk jujur sama kamu. Semua yg berhubungan denganmu selalu membuatku sakit, maaf. Sudah dari dulu aku ingin menghapus'a, namun sampai saat ini aku masih belum bisa. Aku masih menangisimu, maaf. Aku memang bodoh yg sampai sekarang masih menunggumu. Aku yg tak bisa berkata jujur tentang perasaanku sendiri, dan membuatku seperti ini. Masih ada sisa rasa yg tertinggal di dalam hati ini. Kamu begitu indah untuk dilupakan. Aku berusaha melawan semuanya namun aku tak pernah bisa, bantu aku untuk melepaskan semuanya.. Butuh waktu selama ini aku ingin mengungkapkannya, namun tak pernah terwujud."

Isak tangisku semakin menjadi, tak ada tanggapan dari dia. Sunyi ..... Aku segera memutuskan sambungan teleponnya. Sudah, cukup dia tak pernah menanggapiku. Entah apa tujuannya dia meneleponku, mungkin hanya untuk mendengarkan semua perasaanku secara langsung. Tapi, kenapa dia tak juga memberiku keputusan, setidaknya dia berbicara agar aku bisa melepaskan semua beban yang ada.

Terimakasih atas semuanya....

Sabtu, 01 November 2014

Missing You

Only thing I can entitle "Missing You"
Forever forever
It can not be more than that
Just only caring
Some relationship has the ceiling limit
That has been built for long time
It's the begining and it's the end
At the same time
In the long relationship
Our path may repeat, restart, or even stand still
And seeking for the way out
But have seen only the way that we get in
Keep this relationship in the dream
In my mind in my mind
It's only two of us
That can understand this feeling
That can understand
The good feeling that has come to the end of the road and find the way out
There's only the way that we have got in
I can hold your hand only in my dream
We can be together only in my imagination
Such a sorrow that don't know who have assigned this
But I keep on telling myself its lucky to meet you
But this lucky has ended for so long
Only the memory and the hopeless truth is here
There's no way for me to walk ahead
There's only the desperate hope of this waiting soul
All I have is missing you
Forever and forever

Selasa, 01 Juli 2014

Surat Untuk Sahabat

Begitu cepat waktu berlalu.... Hari demi hari terus berganti.... Dulu kita selalu bertemu setiap hari... Kita adalah teman sekelas dari waktu kita masih bocah... Pulang sekolah selalu bersama, sama - sama naik angkot dan kita berpisah di terminal. Pulang les bareng-bareng. 
Aku inget suatu ketika waktu kita pulang les, hujan begitu deras turun dari langit... Kita tidak membawa payung, nekat menerobos ujan yang sangat deras... Dan mampir ke sebuah wartel. Kamu menelepon kakakmu untuk menjemput kita. Aku nebeng kamu ....

Dulu kamu takut sama Balon, apakah sekarang kamu masih takut?

Menginjak usia ABG kita juga masih menjadi teman satu sekolah. Meskipun dinding tebal menghadang kelas kita... Aku di kelas kanan kamu di kelas kiri....  Setiap istirahat kita selalu menyapa, menghampiri, bergosip, dan selalu ketawa bersama. Pulang sekolah depan pintu selalu menjadi saksi kita untuk saling menunggu. Untuk pulang bersama.... Yah,, walaupun jarak sekolah dan rumahmu sangat dekat, kita selalu bersama... Kamu temanku berjalan... 

Sampai akhirnya kita harus berpisah sekolah waktu remaja, kamu di sekolah sana aku di sini...
Kita sudah mulai jarang bertemu, tapi masih tetep kontak. 
Kadang kita ketemuan, sekedar makan, atau ke tempat temen kita Angga, atau Rina.. Main bersama.....

Setelah sekolah selesai kamu kembali kesini... Kerja di sebuah toko, beberapa kali aku menghampirimu, sekedar melepas rindu....

Waktu aku tahu kabar buruk menghampirimu, aku pergi ke rumahmu, melayat ayah mu yang sudah di panggil Allah.... Waktu itu, aku menangis terisak. Aku seperti merasakan kesedihanmu. Aku melihatmu, air mataku tak terbendung....

Selang waktu, tiba - tiba kamu datang ke rumahku, Agustus 2013.... Kamu datang memberikan sebuah undangan pernikahanmu. Aku sangat bahagia menerima undangan itu... Aku kaget, tak menyangka kamu akhirnya menikah di saat usia kita sama 22th.... Kita dilahirkan hanya terpaut 2hari... Kamu sudah menikah sedangkan aku belum... Aku janji akan datang menghadiri upacara pernikahanmu...

Hari bahagiamu tiba kawan, kamu menikah dengan pria yang kamu pilih. Tapi maaf aku tak bisa hadir di acara resepsi... Aku harus menyelesaikan tugas yang tak bisa aku tinggalkan. Tapi, sore harinya aku datang memberimu selamat... Dan itu waktu terakhir kita bertemu ......

Kadang kita masih kasih kabar, terakhir aku bertanya soal kehamilanmu yang sudah 7bulan. Dalam hati aku ingin bertemu kamu ketika kamu melahirkan nanti ..... 

Tapi, kemarin 1 Juli 2014.... ada temanku yang memberikan kabar buruk tentangmu. Dia berkata jika kamu sudah tiada.... Kamu pergi meninggalkan kita semua, meninggalkan anak yang baru saja keluar dari rahimmu.... Aku speechless mau ngomong apa, aku tak percaya dengan kabar itu. Setelah aku mencari - cari ternyata benar. Kamu telah pergi ..... Semua begitu cepat berlalu .....

Kamu hebat kawan, 
Tenanglah di surga bersama Bapak dan Ibu mu... 
Tidur yang nyenyak di sana ya...
Jannah menantimu ....
Allah senantiasa melindungi keluargamu ....
Memberimu jalan terang menuju surgaNya....
Doaku untukmu .....

Rest In Peace, Siti Nur Aminah

25 September 1990 - 1 Juli 2014
 



Kamis, 20 Februari 2014

Pandangan Pertama Awal Aku Berjumpa :)

Aku sekarang sedang duduk di sebuah halte depan kampusku. Kali ini aku sedang tidak ingin membawa sepeda untuk pergi ke kampus. Dan berhubung rumah dan kampus ku tidak susah untuk menemukan bus. Aku putuskan untuk naik bus. Aku pikir, naik bus menjadi pilihan yang tepat untuk hari ini. Hari ini aku menginginkan ke-santai-an. Menikmati perjalanan pulang pergi tanpa membuang tenaga. Tinggal duduk manis, bersandar di jendela, sambil mendengarkan musik melalui headset ku.

Akhirnya bus yang aku tunggu datang juga. Aku segera menaikinya, dan mencari tempat yang kosong. Yihaaa,, aku menemukannya. Ada kursi kosong di barisan belakang, dekat pintu belakang. Tapi, kursi itu hanya tersisa satu. Ada penumpang lain yang sedang duduk di sana, menyandarkan kepalanya di jendela. Sedang menikmati perjalanan tampaknya.

Aku duduk di sebelah penumpang itu. Tampaknya dia tak terusik dengan keberadaanku. Aku segera menyamankan diri di kursiku. Ku buka tas dan ku cari headsetku. Setelah ketemu, segera ku pasangkan mereka di telingaku. Ku dengarkan lagu, dengan volume tinggi. Tanpa sadar lirik demi lirik keluar dari mulutku. Aku bergumam sendirian.....

Penumpang sebelah tampaknya terganggu dengan suaraku. Dia menoleh ke arahku... Aku tak memperhatikannya. Lalu dia kembali menyandarkan kepalanya di jendela. Setelah itu, aku melirik ke arahnya. Rambutnya sebahu, tergerai indah. Memakai jaket warna biru dongker, tas punggung itu tampak ia taruh di bawahnya, sepatu converse hitam putih menutupi kakinya. Heemmm, dia laki apa perempuan sihh ??
Batinku dalam hati...

Kelihatannya dia mulai risih denganku, dia melihatku kembali. Dan aku segera memalingkan wajahku. Takut ketahuan kalau aku mempertanyakan gendernya. Hahaaa.... Dia masih melihatku, aku membalas meliriknya. Kaget aku, ternyata dia seorang laki-laki berambut indah dan sedikit wangi. Dia masih menatapku. Mungkin masih terganggu dengan suara keras yang terdengar di telingaku..

Dia menyentuh tanganku, dan rasa takut pun datang padaku. Aku tak berani melihatnya. Dia menyentuhku lagi sambil memanggilku. "Mbak, mbak". Aku melihatnya, aku lepas headset kananku. "Bisa, musiknya di kecilkan sedikit? Ga kasian sama kupingnya ya" Kata-katanya terlihat judes, namun nampak perhatian. "Ohh, iya mas,, maaf ganggu ya." Aku mengecilkan volume di handphone ku. Dia kembali menyandarkan kepalanya di jendela. Mungkin dia lelah.

Bus ini melaju dengan sangat lambat, ada penumpang yang turun, ada pula penumpang yang naik. Rasanya perjalanan menuju rumahku jadi terasa sangat jauh. Sedikit-sedikit aku menoleh ke arah penumpang sebelah. Rasa - rasanya aku pernah melihatnya. Tapi, dimana ya? Entahlaahh....

Akhirnyaa, bus ini sudah berada tak jauh di penghentian bus dekat rumahku. Aku lepas headsetku dan segera ku masukkan ke dalam tas. Aku berdiri, dan bersiap untuk turun dari bus ini. Ada sesuatu barang yang jatuh ketika aku berdiri, tapi bus ini sudah berhenti dan aku segera turun. Tak ada kesempatan untuk melihat apa yang terjatuh tadi.

Sampai juga di kamar ku, aku masih terpikirkan dengan penumpang laki-laki berambut indah dan wangi tadi. Penasaran, rasanya aku dulu pernah bertemu dengannya... Ahh, sudahlahh... aku merebahkan tubuhku. Ku cari handphone ku, dan headsetku. Handphone sih ada, tapi headset ku tak ku temukan di dalam tas ku. Terjatuuhhh.......

Keesokan harinya, aku kemabali memilih untuk naik bus lagi. Ketagihan juga lama-lama. Menunggu memang sesuatu yang menyebalkan (kata orang-orang) tapi emang bener sih. Apalagi kalo di kejar waktu. Hah, bikin ngga enak ati. Setelah lima belas menit menanti, akhirnya bus yang aku tunggu datang juga. Aku segera menaikinya, masih tersisa empat puluh lima menit untuk sampai di kampus dan mengikuti perkuliahan. Kuliah hari ini dimulai pukul sepuluh.

Kembali aku mencari tempat duduk, dapat, di belakang, dekat pintu belakang. Sama seperti kemarin, ada penumpang berambut sebahu, indah dan wangi. Penumpang kemarin. Masih denga style yang sama, bersandar di jendela. tapi, kali ini aku yakin dia tidak merasakan kelelahan. Aku segera mengambil tempat duduk di sebelahnya. Dia melihatku, dan tersenyum kepadaku. Setelah aku menyamankan diri dengan kursiku, kali ini aku memutuskan untuk tidak mendengarkan musik. Berhubung headsetku kemarin hilang.

Penumpang itu memandangku, tangannya menggenggam seseuatu, rasanya dia ingin memberikan sesuatu kepadaku. "Ini punyamu kan? Kemarin aku temukan di bawah." Headset berwarna kuningku. "Ohh, mas yang nemuin yah, makasih yah.". "Sama-sama. Aku Fajar. Kamu siapa?" "Ohh, iya.. aku Rina."
Kami mulai terlibat percakapan yang panjang dan lebar.

Bus ini berhenti di halte depan kampus. Aku segera berpamitan dengan Fajar. "Aku turun dulu yah". iya, jawabnya. Ehhh,, tak ku sangka dia mengekor di belakangku. Ternyata kita satu kampus. Bahkan sefakultas. Tadi belum sempat bertanya sampai situ... Makanya, rasanya aku pernah melihat dia...

Kita selalu berjanjian untuk bertemu di satu bus. Duduk di bagian belakang, dekat dengan pintu belakang. Tapi, dia tidak pernah mengalah denganku. Dia selalu memilih untuk duduk di dekat jendela. Padahal itu spot yang paling aku sukai. Bisa bersandar dan melihat keadaan luar. Dia selalu curang... Tak pernah mau bergantian denganku...

                                          ***********************************

Tapi, setelah setahun berselang. Rutinitas itu jarang kami lakukan. Kami sibuk dengan kegiatan masing-masing. Dia lebih memilih menaiki vespanya daripada naik bus denganku. Kami juga jarang bertemu lagi. Kami jarang berebut tempat dekat jendela bus. Aku merindukannya.... Sempat aku mengiriminya sebuah pesan, mengajaknya untuk naik bus lagi. "Naik bus lagi yuk besok, aku kangen berebut kursi dekat jendela denganmu." Tak ada balasan apapun dari dia.

Selang beberapa hari, aku memilih untuk naik bus sendiri, tanpa dia. Tapi, setelah masuk dari pintu depan bus, aku berjalan ke belakang, mencari kursi belakang dekat pintu belakang. Ku dapati sesosok pria yang style-nya sama persis dengan Fajar, namun kali ini rambutnya berubah. Tampaknya dia habis potong rambut. Aku menyapanya. "Hai..." Dia terlihat sedikit pucat. Dia membalas sapaanku... "Hai juga.. aku mendapatkan kursiku." ledeknya....

"Kemana aja selama sebulan ini? Aku nggak pernah liat kamu di kampus. SMS ku ga pernah kamu tanggepin"
"Aku ada di rumah kok. Jadwal kuliah lagi ga terlalu padat. Jadi ya di rumah terus."
"Bohong ya? Aku sering melihat teman-temanmu sibuk dengan kuliahnya."
Dia tak menjawabnya. Dia memalingkan mukanya ke arah jendela. Dan menyandarkan kepalanya.

Bus ini berhenti di halte depan kampus. Aku dan Dia turun. Dia masih terlihat pucat. Jam tanganku menunjukkan pukul sepuluh kurang sepuluh. Aku mempercepat jalanku. Namun, Fajar tertinggal di belakangku. Aku memanggilnya. Dia tak meresponku. Aku membalikkan badan tapi masih berhenti. Aku menunggunya. Ada seseorang dari arah belakang memanggilku. "Mbak, mbak, temennya jatuh" Aku segera membalikkan badan, dan melihat ke arah fajar yang sudah tergeletak. Aku berlari menuju Dia.

Kereta dorong ini membawanya ke ruang ICU, aku memegang tasnya, sibuk mencari handphonenya untuk menghubungi keluarganya. Ketemu dan segera aku menghubungi mereka. Tak lama kemudian ayah dan ibunya datang melihat keadaan Fajar.

                                         ******************************************
"Aku kangen sama Fajar, pengen banget ketemu dia lagi. Pengen banget naik bus sama-sama dia lagi. Pengen banget duduk di barisan belakang dekat pintu belakang. Pengen banget berebut kursi di dekat jendela, tempat favorit kita berdua. Aku kangen dia yang selalu curang untuk duduk di dekat jendela. Kangen sama rambut sebahunya yang indah dan selalu wangi. Kangen dengan style-nya yang dulu aku ragukan. Aku kangen sama kamu Jar.... Seandainya, dulu aku tak mengajakmu naik bus lagi. Mungkin kamu masih disini, menemaniku, mendampingiku di wisuda ini. Kita foto bareng, pake toga sama-sama. Kita pasti foto di tempat favorit kita, di dalam bus, dekat jendela. Tapi sayang, Tuhan tak mengijinkan semua ini. Tuhan lebih sayang sama kamu, Fajar.... Semoga kamu tenang di sana yaa... Duduk bersanding dengan Tuhan, melihatku dari atas. Nanti, selepas aku pulang, aku bakal datang ke rumahmu. Memberimu bunga wisuda ini, dan mengirimimu doa. Terima kasih Fajar, kamu sangat berarti dalam hidupku. Kamu memberiku sesuatu yang berharga dalam hidupku. Kamulah Fajarku, matahariku...."


Selasa, 18 Februari 2014

Tahun ke tahun, Untukmu ...

Pertama.............
Kamu berdiri, menantiku di depan gerbang sekolah. Sesuai perjanjian yang telah kita sepakati sebelumnya. Aku  melihatmu dari kejauhan, masih di atas sepedaku. Aku menatapmu, lama. terlihat kamu melirik ke arahku. Romantis, sangat romantis. Ketika dua orang yang sudah berjanjian tak berani menghampiri satu sama lain. Cukup lama, dan akhirnya kamu bosan. Pergi bersama temanmu... Aku mundur... dan perkenalan segaligus persembahan di tahun pertama tak terjadi... Menyesallah aku sampai saat ini .... Kenapa ya, setiap kita mencintai orang dengan sangat hebatnya. Kita tak punya keberanian untuk memperjuangkannya, memperjuangkan agar kita dapat bersatu...

Kedua....... Ketiga........
Tepat pergantian hari, aku menantimu. Memberimu sebuah pesan singkat yang berisi semua pengharapan yang aku inginkan. Kamu membalasnya. Meskipun hanya beberapa huruf, namun itu sudah membuatku lega... Kamu menghargaiku... Tahun ke-dua, tahun ke-tiga.... Masih sama, menjadi awal adalah tujuanku. Agar aku menjadi spesial di kehidupanmu... Itulah doaku, yang menjadi draft pesanku. Heheee....


Keempat.........
Foto - foto ini, hasil curian dari semua media sosialmu, sudah aku rangkai menjadi sebuah video khusus untukmu. Dengan campuran beberapa lagu yang mengisyaratkan isi hatiku. Sudah rapih dan siap kirim... Namun sayang, pak pos tak mau mengirimkannya. Dan akhirnya hanya menjadi tumpukan di pojok lemariku...

Kelima...............
Setelah bosan menjadi yang pertama, aku ingin menjadi yang terakhir dalam hidupmu. Pesan singkat, harapan yang penuh dengan doa aku kirimkan untukmu. Aminkanlah saja semuanya... Siapa tahu kelak kamu menjadi apa yang aku inginkan. (Menjadi milikku) tentunya... Heheee....

Keenam.............
Berbagai macam jenis puisi (norak sih), tulisan, apalah itu sudah tertulis rapi dan tertempel di album ini. Rapih dengan bungkus berwarna kuning, kesukaanku. Bergambar smile, menandakan kamu yang selalu tersenyum, sudah siap antar pula. Kali ini gagal karena pak pos tak mau mengantarkannya lagi. Sebenarnya aku sendiri juga bisa mengantarkannya... Namun, semua kembali di awal... Ketika kita berhadapan dengan apa yang benar-benar kita cintai, kita bakalan mlempem di tengah jalan. Meskipun rencana awal sudah tersusun dengan baik. Yaaaahhh,, payah pokoknya lah....

Ketujuh..........
Ketika kerajaan galau menyerang, antara iya dan tidak, antara kembali atau pergi, antara mempertahankan atau melepaskan.... Kali ini, doa langsung ku tujukan kepada Pemilik Hati Semua Manusia. Doa yang aku panjatkan, pengharapan yang aku inginkan, permohonan yang semoga di kabulkan. Aku, menjadi seseorang istimewa dalam dirimu...

Ke delapan .....
Tulisan ini menjadi perwakilanku. Ketika semua prasarana sudah hilang, media sosial (sebenarnya masih walaupun tidak terjalin), nomor telepon yang seharunya aku simpan, sudah aku hapus dan aku tak mengingatnya.
"SELAMAT ULANG TAHUN, KAMU"
"Senantiasalah kamu menjadi orang yang berguna, menjadi orang yang sempurna, menjadi orang yang spesial di hatiku. Semoga Allah selalu melindungimu di setiap jalanmu, melimpahkan segala anugerah-Nya untukmu. Mampu menjadikanmu orang yang berhasil dalam segala urusanmu. Maafkan aku yang menjadi seorang pengecut. Aku tak pernah kuat ketika berhadapan denganmu. "Selamat Ulang Tahun" Tetaplah menjadi seseorang yang bahagia, selalu berseri, selalu menampilkan senyum ramahmu, selalu menjadi teman yang mau mendengarkan. Semoga Allah mengabulkan semua harapanmu. Aaaamiiiiinnn...... Sekali lagi "Selamat Ulang Tahun". Seperempat abad usiamu. Semoga pertambahan ini menjadi awal kehidupan barumu. Menjadikanmu seseorang yang lebih baik. "


Maafkan aku, seharusnya aku melakukan ritual seperti biasanya.... Maafkan aku pula yang selalu mengusik keidupanmu. Lihatlah aku di sini, menantimu.... pulanglah kepadaku....



Every now and then We find a special friend  
Who never lets us down Who understands it all 
Reaches out each time you fall You're the best friend that I've found
I know you can't stay A part of you will never ever go away 
Your heart will stay
I'll make a wish for you And hope it will come true  
That life would just be kind To such a gentle mind 
If you lose your way Think back on yesterday  
Remember me this way Remember me this way
I don't need eyes to see The love you bring to me 
No matter where I go And I know that you'll be there  
Forever more a part of me, you're everywhere I'll always care
And I'll be right behind your shoulder watching you  
I'll be standing by your side and all you do 
And I won't ever leave As long as you believe  
You just believe
I'll make a wish for you And hope it will come true  
That life would just be kind To such a gentle mind 
 If you lose your way Think back on yesterday  
Remember me this way Remember me this way

Jumat, 24 Januari 2014

Terlambat....

Selama ini aku tak pernah tau apa perasaan ini masih sama seperti dulu. Semua mengambang.. Tak ada jawaban dan harapan pun semakin lama semakin pudar. Aku sudah lelah.... Dan aku harus segera bangkit dari keterpurukan ini. Mungkin inilah jawabnya. Dia datang..  Memberikan kebahagian kepadaku.. Inilah takdirku.. Seminggu lagi aku akan menjadi wanita yang sah untuknya.. Inilah jawaban dari segala doa yang aku panjatkan...

Undangan sudah menuju ke alamat masing-masing, termasuk undangan untuknya. Dan aku yakin dia sudah menerimanya.. Semoga dia menghadiri acara pernikahan kami nanti.. Bukan untuk apa.. Aku hanya ingin berbagi kebahagian dengannya.. Semoga dia datang bersama kekasih hatinya...

Dan waktupun tiba. Inilah hari yang aku tunggu dengan kekasih hatiku. Tepat pukul sepuluh tadi dia resmi menjadi imam ku. Mejadi bapak bagi anak-anak ku nanti.

Saat ini aku sedang berdiri tegak di sampingnya. Menyalami beratus-ratus tamu yang kami undang.. Semua terlihat ikut merasakan kebahagiaan kami.. Semua memberi ucapan selamat dan doa untuk kami. Aku hanya mengamini.

Terlihat sesosok pria yang ikut mengantri di barisan tamu yang ingin bersalaman dengan kami. Hati ini begitu bergetar. Detak jantung mulai berdenyut kencang. Tangan ini terasa mati. Tak ingin bergerak. Mulut ini susah untuk membentuk sebuah senyuman.

Dia berdiri tepat di depan mempelai pria. Memberi salam, ucapan, dan doa. Sekarang dia berdiri di depanku. Memberiku doa agar pernikahanku di ridhoi oleh Allah. Aku hanya bisa mengucapkan terima kasih padanya. Kemudian dia berlalu. Meninggalkan panggung pelaminan.

"Dia sangat mencintaimu". Bisik temannya yang mengekor di belakangnya.

Saat itu pula, sudut mataku terasa panas. Ingin rasanya aku meneteskan air mata ini. Aku tak sanggup menahan sesak di dalam dada ini. Aku ingin berlari mengejarnya. Ingin memeluknya. Tapi aku tak bisa..

Aku melihatnya melawati semua hidangan yang tersaji. Dia tak melirik sedikitpun. Yang ku lihat dia langsung menuju arah pintu keluar. Dan dia berhasil melawatinya. Dia tak tampak lagi. Dia menghilang.

Ketika semua sudah selesai, seseorang datang menghampiriku. Teman baiknya yang berkata kepadaku tadi. Memberiku sepotong amplop putih yang bertuliskan "dear sang pengantin". Aku melihat suamiku yang sedang berbicara dengan kerabatnya. Aku menyembunyikannya.

Aku menjauh.. Menuju tempat yang sekiranya aman untuk mengetahui isi amplop putih itu. Aku tak kuasa menahan gemetarnya tangan ini. Susah payah aku membuka agar tak merobeknya. Dan ku baca....
"Selamat atas pernikahanmu dengannya. Semoga kamu bisa menjalani kehidupan barumu dengan baik. Semoga dia menjadi suami yang bisa membahagiakan kamu dan anak-anak mu nanti. Aku akan selalu mendoakanmu dari sini.. Dari tempatku.. Yang pasti kamu tak akan pernah tau dimana aku akan tinggal. Aku akan berusaha melupakanmu. Maaf kekasihku. Aku tak sanggup memperjuangkan cintaku untukmu. Aku takut, aku tak bisa menjadi yang terbaik untukmu. Aku juga mencintaimu dari awal kau mencintaiku. Sungguh .... Maafkan keterlambatanku ini.
Sekali lagi, selamat atas pernikahnmu."

Air mata yang sejak tadi aku tahan, kini perlahan keluar dengan derasnya. Aku tak sanggup lagi menahan ini. Seandainya aku tahu kau juga mencintaiku.. Semua sudah terlambat... Semua sudah terjadi... Inilah takdir Tuhan yang harus terjadi...

"Maafkan aku juga karena meninggalkanmu sendirian. Maafkan aku yang tak tau tentang kamu. Mungkin kamu yang terbaik untukku. Tapi aku bukanlah yang baik untukmu.
Semoga kamu hidup bahagia dengan pasanganmu kelak. Aku ingin melihat senyum manismu menghiasi hari-hari tuamu bersama kekasihmu. Terima kasih kekasihku..."

Surat itu aku titipkan kepada rekannya.. Tanpa sepengetahuan suamiku...

Aku siap memulai hidup baruku dengan suamiku. Melupakan semua masa laluku.. Yang sekarang aku sudah tahu jawabnya...