Kamis, 21 November 2013

Dia.. Si Pemilik Senyum Manis

"Semoga Tuhan membalas semua yang terjadi kepadaku suatu saat nanti. Hingga kau sadari sesungguhnya yang kau punya, hanya aku tempat mu kembali. Sebagai cintamu."

Tanggal ini, tepat delapan tahun yang lalu, awal pertemuanku dengannya. Waktu itu, aku masih ingat betul, hari senin 6 November di depan laboraturium komputer yang berada persis di samping kelasny. Aku melihat dia tersenyum manis. Bersendau gurau bersama teman-temannya. Senyumnya sangat mempesona. Dia membuatku terpukau. Sampai-sampai aku tak kuasa memalingkan pandanganku kepada sepasang sepatu yang ingin ku kenakan. Dia benar-benar membiusku dengan senyum nya.

Setiap kali aku melihatnya, senyum itu selalu tersaji di wajahnya. Dan selalu membuatku terpesona. Walaupun senyum itu bukan untukku. Aku mengharap sekali saja dia memberikan senyum manisnya untukku. Dan, terwujud ! Aku benar-benar merasakan hangat senyumnya waktu itu. Dia memang si pemilik senyum manis. Kalau pun bisa aku ingin membingkai senyum itu, dan akan ku pajang sebagai hiasan di dinding kamarku. Biar sewaktu-waktu aku bisa melihat senyumnya.

Dari waktu itu, hubungun kita semakin dekat. Aku terbiasa melihat senyum itu setiap kali kita bertemu. Aku tak pernah bosan untuk melihat senyum manis di wajahnya. Sekalipun, aku tak pernah menginginkan kebosanan itu datang menghampiriku. Setiap kali kita bertemu, aku tak pernah menggunakan jam tangan. Aku takut, waktu akan membawa dia pergi. Aku berharap waktu berhenti saat itu juga. Agar aku bisa terus bersama dia tanpa di ganggu oleh waktu. Canda gurau, cerita apapun selalu kita bagi. Itu yang membuatku terbiasa dengannya. Walaupun cerita sedih, dia tetap menyajikan senyum itu di wajahnya. Aku kecanduan senyumnya.

Kita memang dekat. Tapi kita tak terikat. Aku memang mengaguminya. Aku tergila-gila dengan senyumnya. Itu yang membuatku jatuh cinta. Senyum itu cintaku.

Dan sampai akhirnya dia sadar bahwa aku mencintai dia. Sedikit demi sedikit kita mulai jarang bertemu. Kita jarang berbicara. Dia menjauh. Aku kehilangan dia. Aku kehilangan senyumnya.
Setiap kali kita berpapasan dia selalu menghindar. Setiap kali kita bertatap dia selalu berpaling. Dan lain sebagainya. Aku bingung. Aku tak tahu apa yang harus aku lakukan. Aku merasa tak pernah berbuat salah kepadanya.

Sampai akhirnya kita sama-sama lulus dan berpisah. Dia merantau ke kota seberang. Dan aku masih tetap di Bandung. Sejak saat itu, 6 Juli 2008, kita tidak pernah bertegur sama lagi. Dan aku belum mengungkapkan rasa cintaku untuknya, untuk senyumnya. Aku cinta sama dia, si pemilik senyum manis.

Dear Ardy,
"apa kabarmu? Aku kangen dengan mu. Dengan tawa dan senyum mu. Ku harap kamu baik-baik saja dimanapun kamu berada. Aku minta maaf atas semua perlakuanku, yang mungkin membuatmu menghindar dariku. Aku tak tau apa salahku. Jelaskan padaku.
Hubungi aku jika kamu baca tulisan ini."

From Vean

Tidak ada komentar:

Posting Komentar