Rabu, 19 November 2014

Maaf dan terimakasih

"Im sorry i did not meant the hurt my little girl ...... "

Handphone ku berdering, ada sesuatu yang membuatnya bergetar. Terlihat sebuah nama yang muncul di layar handphone empat inci ini. Ada tiga deret huruf yang membuatku mengernyitkan mata. Apa yang terjadi, tumben sekali dia meneleponku. Ada apa gerangan ? Aku tak berani untuk segera memencet tombol hijau ini. Aku masih berfikir dan terus berfikir. Sebelum telepon keburu di akhiri, aku memberanikan diri untuk mengangkatnya.

Kusapa dia, namun diam tak ada suara apapun. Ku sapa lagi dan lagi. Akhirnya ada sesorang yang berbicara di seberang.
Entah apa maksudnya, kemudian dia diam lagi. Menungguku untuk berbicara, mungkin. Aku memulai pembicaraan, dia masih belum menanggapi. Aku teringat pernah mengirinya sebuah pesan singkat yang merupakan tumpahan isi hatiku selama ini. Dia membacanya namun tak pernah ada balasan darinya.

Aku kembali mengatakan apa yang pernah aku tulis untuknya, pengakuan atas semua perasaan yang tersimpan di dalam jiwa. Perlahan ku berbicara, menata kata, menguatkan hati, dan menahan isak tangis yang mulai muncul perlahan.

"Aku tak pernah mau memiliki rasa ini sebenar'a. Rasa yg entah kapan akan berakhir. Aku tak mau entah berapa lama perasaan ini akan terus seperti ini, aku selalu sakit ketika mengingatmu. Aku ingin mengatakan'a sejak dulu. Tapi aku tak pernah memiliki keberanian untuk jujur sama kamu. Semua yg berhubungan denganmu selalu membuatku sakit, maaf. Sudah dari dulu aku ingin menghapus'a, namun sampai saat ini aku masih belum bisa. Aku masih menangisimu, maaf. Aku memang bodoh yg sampai sekarang masih menunggumu. Aku yg tak bisa berkata jujur tentang perasaanku sendiri, dan membuatku seperti ini. Masih ada sisa rasa yg tertinggal di dalam hati ini. Kamu begitu indah untuk dilupakan. Aku berusaha melawan semuanya namun aku tak pernah bisa, bantu aku untuk melepaskan semuanya.. Butuh waktu selama ini aku ingin mengungkapkannya, namun tak pernah terwujud."

Isak tangisku semakin menjadi, tak ada tanggapan dari dia. Sunyi ..... Aku segera memutuskan sambungan teleponnya. Sudah, cukup dia tak pernah menanggapiku. Entah apa tujuannya dia meneleponku, mungkin hanya untuk mendengarkan semua perasaanku secara langsung. Tapi, kenapa dia tak juga memberiku keputusan, setidaknya dia berbicara agar aku bisa melepaskan semua beban yang ada.

Terimakasih atas semuanya....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar